Perahu kertas yang mengarungi lautan diiringi dahsyatnya gemuruh ombak.. mustahil untuk menepi di dermaga.Menggapai sebuah asa nun jauh disana.. merengkuh hidup yang begitu samar dan rentan akan jarak.
Meraup sepenggal nafas yang dibutuhkan untuk menyambung hidup, cukupkah sampai disitu? Belum.
Badai yang kerap datang menghempas dirimu hai perahu kertas, batu-batu karang tajam dan ganas menghantam pertahananmu, petir yang datang hanya untuk menertawai si perahu malang.
Luas lautan tampak tak bertepi.. tak terlihat bayang nyata.. setiap sudut sarat oleh awan pekat.
Entah berapa lama sudah.. hari, pekan, bulan dan tahun kerap kali terlewati.
Tak satupun mendorongmu untuk melaju ke tepi asa.. tak ada apapun yang bersedia membantumu merengkuh makna hidupmu disana.
Hanya dirimu sendiri... sang perahu kertas yang kerap dipandang kecil, rapuh dan tak berarti.
Mereka salah... si perahu kertas punya beribu kekuatan untuk meraih asanya, dia punya berjuta mimpi yang ingin diraih demi merengkuh nafas hidupnya.
Mereka lupa... dibalik sosok yang melintasi laut, tersimpan tekad seluas alam..
Sang perahu kertas tidak sendirian, ada sebuah daya dan kekuatan hebat yang dapat menembus semua badai didepan, ada teman yang tidak pernah berpaling meninggalkannya.. Dia adalah kekuatan yang tak pernah habis, Dia juga sinar yang tak pernah padam.. terus bersama perahu kertas hingga tepian itu mulai nampak... makin jelas dan makin nyata.
Diujung lelah tak bertepi, dibibir lembah dalam tak berdasar, kenyataan yang terus ingin dilalui.. meski dengan gontai, bergerak oleng dan nyaris karam terendam derasnya air yang setiap saat siap melumatnya.
Dia membawa si perahu kertas ke tepian, Dia menyuguhkan asa yang menjadi nyata.
Cinta mengalahkan segala peristiwa, cinta melahirkan sebuah kekuatan, dan dari cinta pula kebahagiaan yang nyaris hilang.. direngkuh kembali.
Dia bersama si perahu kertas... karena cinta.
Perahu kertas mampu berjalan, meski dengan beribu badai... itupun karena cinta.
Kuraih kembali semua yang samar dan jauh..
Kudekap kembali permata hidupku yang tengah beranjak menuju pribadi-pribadi yang utuh..
Setiap butir peluh dan air mata yang menetes... berubah menjadi mutiara..
Kurengkuh buah dari setiap kekuatan yang berangkat..demi tetap menggenggam sebongkah asa.. buah-buah itu kini bertumbuh dengan subur.
Tanganku kini mampu menggenggamnya..
Sosokku kini sanggup merengkuh mereka dalam pelukan..
Nurani yang terus mengumandangkan kasih dan kebaikan untuk mereka, permata hidupku..
Selalu dan selamanya.. memberi yang terbaik yang dimiliki.
Selebihnya... kembali kuberikan padaNya..
Ada porsi yang tak mampu kulakukan... karena itu adalah porsiNya.
Perjalanan ini belum usai... tidak pernah usai hingga usia menutup langkahnya.
Namun apa yang telah diarungi.. kini telah nampak... tepian itu nyata terlihat.
Semakin lama.. semakin jelas keindahan itu di mata hatiku.
Tak akan pernah habis gumam hati dan bibirku untuk rasa syukur padaMu..
Aku mampu... karena Engkau.